Bu Guru Hantam Muridnya dengan Pemukul Kasti

Ini cerita tentang ibu guru yang galak dan ringan tangan. Bu guru yang satu ini secara sadar mengaku bahwa dirinya memang sering melakukan hal itu. Menurut dia, hal itu dilakukan karena dia dididik dengan cara keras oleh orangtuanya. Namun, kini giliran murid-muridnya yang menjadi korban.



Dihajar guru pakai kayu pemukul bola kasti. Itulah yang dialami Vika Miftahul Jannah (15), siswi kelas X’4 pada Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Meulaboh, Aceh Barat, Nanggroe Aceh Darussalam, saat berlangsung pelajaran Olahraga di sekolahnya, Rabu (17/3). Yatim piatu dari almarhum Rusman dan almarhumah Mariani, warga Desa Suak Sigadeng, Kecamatan Johan Pahlawan, ini harus menahan sakit akibat dipukul guru Olahraga di paha kanannya saat ia bersama puluhan rekannya mengikuti pelajaran dari sang guru, Dra Hj Cut Mariani alias Cut Ani.

Pukulan yang diduga dilakukan guru bidang studi Olahraga itu menyebabkan Vika, yang berkulit putih, kini trauma. Jiwanya terguncang. Apalagi di bagian pahanya kini berbekas luka lebam membiru akibat dipukul dengan tongkat pemukul bola kasti. Lagi pula, sebelumnya ia pernah jatuh pingsan karena digampar guru yang sama.

Menurut beberapa saksi mata yang dihubungi Serambi Indonesia, Sabtu (20/3), kesalahan Vika pada Rabu pekan lalu terbilang sepele. Ia hanya salah menyebutkan angka saat semua rekan-rekannya diminta gurunya berhitung dan menyebutkan angka sesuai dengan urutan posisi mereka saat berbaris.

Bukannya mengoreksi kesalahan muridnya secara mendidik dan persuasif, guru Olahraga itu malah menghantamkan pemukul bola kasti dengan keras ke paha Vika. Sang murid mengaduh kesakitan mendapat serangan tiba-tiba dari gurunya. Saat dihubungi terpisah, Sabtu, Vika mengaku dipukul gurunya.

"Padahal, kesalahan saya sepele sekali, tapi saya langsung dipukul. Ini kejadian ketiga yang saya alami dari guru yang sama. Akibatnya, setiap kali saya ikut pelajaran Olahraga dan dengar nama gurunya, nyali saya langsung ciut. Jiwa saya terguncang karena takut. Kawan-kawan lainnya juga takut terhadap ibu guru yang satu itu karena temparamennya sangat tinggi dan suka memukul," ungkap Vika Miftahul Jannah kepada sejumlah wartawan yang mewawancarainya, Sabtu. Saat itu, tatapan matanya tampak seperti orang yang tertekan batin.

Menurut Vika, pemukulan terbaru dialaminya Rabu (17/3), saat ia ikut pelajaran Olahraga bersama rekan-rekannya. Gara-gara salah menyebutkan angka urutan tempat berdiri, ia mendapat pukulan keras dari gurunya. Paha kanannya membiru. Beberapa waktu lalu, Vika malah sempat pingsan dipukul guru perempuannya itu.

Akan tetapi, kata Vika heran, meski anggota keluarganya telah melaporkan kasus itu kepada kepala sekolah, guru tersebut tetap tak ditindak. Akibatnya, kasus pemukulan itu terus terulang. Lagi-lagi Vika yang jadi korban. Bahkan, setelah dipukul, Vika ditantang gurunya untuk melapor ke polisi, termasuk untuk melaporkan kasus pemukulan yang dialami puluhan siswa/siswi lainnya di sekolah itu. Guru bidang studi Olahraga itu malah sesumbar bahwa ia memang sangat ingin tidur di penjara.

Kini, Vika bersama rekan-rekannya yang lain mengaku trauma atas kasus pemukulan yang kerap terjadi di sekolah itu. "Mendengar nama guru Olahraga itu saja, saya langsung takut, apalagi kalau sampai bertemu muka. Tapi, sebagai murid, saya tak kuasa menghindar untuk tidak mengikuti pelajaran yang diasuhnya," ucap Vika.

Secara terpisah, Dra Hj Cut Mariani alias Cut Ani yang dihubungi wartawan menyatakan, ia memukul anak didiknya disebabkan ia memang suka memukul dan menggunakan kekerasan dalam mendidik. Hebatnya lagi, saat ia memukul anak didiknya itu, Cut Ani mengaku melakukannya dengan sadar, tanpa rasa kasihan.

"Mau bilang apa lagi, saya juga tak tahu mengapa hal ini bisa saya alami. Mungkin karena sejak kecil saya mendapatkan didikan keras dari orangtua saya," ujarnya santai.

Bahkan, kata Cut Ani, ia juga tak menampik kalau ia pernah memukul Vika Miftahul Jannah dengan pemukul bola kasti saat pelajaran Olahraga berlangsung, Rabu (17/3) lalu. Menurut Cut Ani, banyak anak didik yang ia pukuli jika melakukan kesalahan. Jumlah persisnya tak terhitung lagi, mengingat ia bertugas di SMAN 2 Meulaboh itu sejak 1980-an. Di sisi lain, ia mengaku ingin mengubah sikapnya yang doyan memukul itu, tapi ia tak tahu harus berbuat apa sehingga kebiasaan buruknya itu terus terulang, terutama terhadap siswi yang melakukan kesalahan.

Sebelumnya, Kepala SMAN 2 Meulaboh Marwanto, yang ditanyai wartawan, mengaku telah berkali-kali memperingatkan Cut Ani sebagai guru supaya tak berbuat kasar terhadap anak didik. Namun, hal itu seperti tak digubris. Buktinya, kasus pemukulan murid masih saja terjadi saat dia mengajar.

"Mau bilang apa, baiknya kasus ini kami serahkan saja kepada kepala dinas pendidikan kabupaten supaya segera ditangani," ungkap Marwanto yang terkesan rikuh mengomentari perilaku sang guru senior yang "ringan tangan" di sekolah itu. (edi)

sumber : Kompas.com