Polisi Lamban Tangani Kasus Bullying di SMA 82

04:36
JAKARTA -- Ibu korban kasus bullying di SMA 82, Marlin Anggraini (53) menyayangkan lambannya proses hukum yang dilakukan polisi karena pelaporan telah dilakukan sejak hari Selasa ke Polsek Taman Puring. Akan tetapi polisi baru datang pada hari Jumat (6/11). ''Saya merasa polisi lambat dalam menangani kasus ini. Mereka baru datang setelah salah satu wartawan yang datang mewawancarai Ade menilpun,'' tuturnya.


Sementara itu, korban Bullying di SMA 82, Ade Fauzan, menyatakan tak ingin kembali ke SMA 82 lagi. Hal ini ia ungkapkan kepada orangtua dan keluarganya. Selain itu Ade fauzan telah kehilangan ayahnya sejak kelas III SD.

Hal tersebut dinyatakan Ibu korban, Marlin Anggraini (53 tahun), kepada Republika, Jumat (6/11). Ia juga mengatakan sebagai orangtua ia takkan mengijinkan anaknya kembali lagi kesana. Sebenarnya ia tiap harinya datang untuk menjemput Ade, akan tetapi pada saat kejadian, Selasa (3/11), Ade tak kunjung kelihatan di sekolah. ''Setelah hampir satu setengah jam menunggu, saya memutuskan pulang, dirumahlah saya mendengar Ade masuk rumah sakit, '' ujarnya.

Setelah sampai dirumah sakit, ia hampir pingsan melihat ade penuh darah dan matanya biru bengkak. Ia menyatakan kejadian ini harus diproses secara hukum, dan ia pun menolak jika harus menyudahinya dengan perdamaian secara kekeluargaan.

Sebelumnya pihak sekolah telah datang dan meminta kasus ini di selesaikan secara baik-baik dengan berdamai, akan tetapi ia mengatakan menolak secara halus tawaran pihak sekolah. ''Pihak sekolah inginnya berdamai dan tidak melapor ke polisi atau mengekspos ke media, tetapi saya menjawab semua harus melalui proses hukum,'' ujarnya.

Ia mengatakan luka yang dialami Ade antara lain sobek di mulut, dari bibir hingga dibawah hidung dan bengkak di kepala. Akan tetapi bagi Ade dan dirinya yang lebih sakit adalah luka trauma akibat perlakuan senior tersebut. Ia selain melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian, juga telah melaporkan kasus ini Komnas Perlindungan Anak.

Ia mengatakan awalnya ia sengaja memasukkan Ade ke SMA 82, karena SMA ini merupakan sekolah percontohan anti Bullying dan telah memiliki sertifikat Sekolah itu juga telah mengantongi sertifikat ISO 9001:2000. ''Pihak sekolah telah berjanji dari awal bahwa sekolah SMA 82 anti bullying,'' ujarnya. Akan tetapi anehnya pihak sekolah seperti lepas tanggung jawab karena lebih memilih jalur damai.

SUMBER : Republika